Ketika mendengar kalimat “dampak positif dari konflik”, barangkali orang akan merasa heran, karena selama ini kata “konflik” biasa disandingkan dengan hal-hal yang merusak, bentrokan, menimbulkan permusuhan, dan meskipun berakhir dengan solusi yang baik, tetap saja menyisakan luka.
Pada artikel ini, saya tertarik membahas mengenai dampak positif dari konflik yang terjadi di tempat kerja. Pada awalnya mungkin terdengar aneh bahwa konflik terbukti memiliki sisi positif. Namun, berdasarkan beberapa sumber yang saya pelajari, dengan penanganan konflik yang tepat dan konstruktif, konflik justru bisa menghadirkan manfaat bagi karyawan dan organisasinya.
Sebelumnya, saya juga pernah menulis artikel berjudul Penyebab Konflik di Tempat Kerja yang bisa Anda baca di sini.
Pada tahun 2008, sebuah survey dilakukan oleh Psychometrics Canada dengan melibatkan 357 orang profesional di bidang sumber daya manusia sebagai responden. Sebanyak 87% responden melihat adanya manfaat yang dihasilkan oleh konflik di tempat kerja mereka.
Menurut hasil survey tersebut, manfaat yang diperoleh dari konflik adalah, setiap orang jadi dapat memahami orang lain dengan lebih baik (77%), bisa menghasilkan solusi yang lebih baik ketika menghadapi masalah dan tantangan (57%), memperbaiki hubungan kerja (54%), kinerja tim jadi lebih tinggi (40%), meningkatkan motivasi (31%), lahirnya inovasi besar atau ide baru di tempat kerja (21%).
Kari Boyle, seorang praktisi di bidang manajemen konflik dan fasilitator di Queen’s University Industrial Relations Centre, berpendapat, jika konflik ditempatkan di tempat yang “aman”, maka konflik berpotensi menghasilkan manfaat. Pendapat ini berdasarkan penelitian yang dia lakukan dan pengalamannya sendiri sewaktu menangani konflik.
Berikut ini manfaat konflik menurut Kari Boyle yang juga mendukung hasil survey dari Psychometrics Canada.
Dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi sebelumnya. Perselisihan yang sepele sekalipun mungkin berasal dari isu-isu mendasar yang tidak terselesaikan sebelumnya. Jika masalah ini tidak ditangani, maka akan cenderung memburuk dan bisa meledak di kemudian hari. Manajer yang bijaksana semestinya bisa melihat pola seperti ini dan melibatkan diri lebih awal untuk mencegah konflik menjadi lebih besar. Dengan ini pula dapat diidentifikasi praktik dan proses mana saja di tempat kerja yang perlu ditingkatkan atau diganti.
Menciptakan solusi yang lebih baik. Ide dan solusi yang terbaik akan mengalir melalui diskusi yang sehat dan melibatkan beragam perspektif. Memang, sudut pandang yang berbeda terkadang bisa menimbulkan gesekan. Terkadang satu atau dua suara cenderung mendominasi diskusi di tempat kerja, sehingga tidak memberi kesempatan bagi yang lain untuk mengungkapkan pandangannya sama sekali.
Jika konflik bisa ditangani dengan cara-cara yang konstruktif, maka ketidaksepakatan justru akan dipandang sebagai bagian penting dari pemecahan masalah. Jika setiap orang merasa nyaman mengekspresikan pandangan mereka, akan lebih banyak gagasan yang dihasilkan. Perbedaan pendapat pun akan menjadi kesempatan untuk mengasah dan memperbaiki gagasan yang ada agar menjadi solusi yang bisa diterapkan.
Menciptakan hubungan, semangat kerja, dan komitmen yang lebih sehat. Konflik yang ditolak, dihindari atau ditangani secara tidak efektif dapat merugikan hubungan antar rekan kerja. Manusia dapat membentuk asumsi yang tidak akurat tentang niat orang lain dan akhirnya dapat merusak hubungan kerja. Di sisi lain, jika staf merasa nyaman mengemukakan kekhawatiran, keluhan, atau pandangan yang berbeda, lalu didengar dan dihargai oleh teman-teman dan manajemen mereka, maka hubungan mereka satu sama lain dan organisasi dapat diperkuat.
Produktivitas membaik. Kita lebih sering mendengar bahwa konflik membuat produktivitas menurun, tetapi ternyata bisa terjadi sebaliknya. Pada awalnya, mungkin akan ada investasi waktu dan energi untuk mempersiapkan individu dan tim untuk mengenali konflik dan terlibat dengan berbagai jenis konflik. Namun, konflik yang ditangani dengan baik akan membebaskan orang untuk lebih fokus pada pekerjaan mereka daripada ketegangan di kantor. Inilah yang akan menghasilkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas yang lebih tinggi.
Pertumbuhan pribadi dan mendapatkan wawasan baru. Situasi yang membingungkan saat konflik dapat membantu kita untuk belajar lebih banyak tentang diri kita dan tentang diri orang lain. Kita mungkin tidak selalu tampil sebagai “pribadi yang terbaik” saat berada di tengah diskusi yang memanas atau saat dihadapkan pada kritikan yang tajam. Namun, dalam setiap situasi ini, jika kita terbuka terhadapnya, maka kemungkinan besar ada wawasan penting tentang diri kita yang layak dipelajari. Ini adalah langkah awal untuk mengelola diri kita menjadi lebih baik di masa depan.
Dampak positif dari konflik juga diutarakan oleh Bernard Oladosu Omisore, Ph.D dan Ashimi Rashidat Abiodun melalui ulasan literatur yang mereka tulis, berjudul Organizational Conflicts: Causes, Effects and Remedies.
Berdasarkan ulasan literatur tersebut, ada beberapa tambahan dampak positif dari konflik, yaitu:
Memuaskan kebutuhan psikologis tertentu. Orang yang terlibat dalam konflik berkesempatan untuk menyalurkan kebutuhan psikologisnya, seperti kebutuhan untuk mendominasi, mendapat penghormatan, memuaskan ego, dan melepaskan dorongan agresif.
Memperbaiki komunikasi di masa depan. Konflik dapat membuat orang-orang yang tadinya berseberangan menjadi bersatu dan saling belajar memahami gaya komunikasi yang mereka sukai. Ini akan memudahkan mereka menyelesaikan konflik di masa depan.
Menambahkan variasi pada kehidupan organisasi seseorang. Jika suatu organisasi tidak pernah menghadapi masalah dan konflik, kehidupan akan terasa membosankan.
Menumbuhkan kreativitas. Konflik bisa menginspirasi para karyawan untuk melakukan brainstorming dan melihat masalah dari berbagai perspektif, sehingga memunculkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Itulah tadi dampak positif yang dihasilkan dari konflik di tempat kerja. Ternyata konflik tidak selalu menciptakan efek yang buruk, pasti ada hikmah yang bisa kita ambil dan pelajari dari konflik.
Menurut Kari Boyle, konflik itu memang sulit. Tantangan yang terpenting adalah bagaimana menciptakan ruang bagi konflik untuk muncul dengan cara yang konstruktif. Apabila Anda sudah memiliki alat dan keterampilan untuk menggali banyak manfaat dari konflik, maka tidak usah takut menerima konflik. Namun, apabila Anda belum menguasai keterampilan tersebut, tidak ada salahnya Anda mempelajarinya melalui pelatihan untuk mendukung upaya Anda menangani konflik.
Salam,
Bintang Stania.